SINOPSIS

Sehimpun sajak Ar-Riyadh adalah luapan perasaan beberapa pengarang yang bernafasakan sendi kehidupan kepesantrenan. Al Inaroh sebagai salah satu judul puisi adalah Pondok Pesantren Madura yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisionalitas dan tetap memahami kebutuhan peradaban serta kemajuan zaman. Sejalan dengan keberadaan MTs. Ar Riyadh sebagai salah satu lembaga yang lahir dan dinaungi Pesantren. Maka tak hayal apabila himpunan puisi ini menyajikan tema dengan sekat-sekat bergambar yang bernuansa kehidupan pesantren, seperti: pengalaman, budaya, tokoh, dan kearifan lokal lainnya.

Kearifan lokal juga tersirat pada sampul buku ini yang berjudul Jrembhe’en. Jrembhe’en tidak hanya sekedar hadir berbentuk kata, namun diwujudkan pula dalam bentuk visual pada bagian sampul. Jrembhe lekat kaitannya dengan tempat tinggal santri yang sebagian besar bahannya dari bambu dan kayu. Tempat yang secukupnya menjadi salah satu simbol perjuangan dan kesederhanaan.

Bait puisi dalam buku ini juga mengahdirkan diksi-diksi yang lugas dan tidak terlalu rumit. Pengarang menuangkan pula hasrat identitas kebudayaannya melalui pilihan kata Madura sebagai Bahasa Ibu, diantarnya sebagai berikut:

……………

Penanda walau perut kosong

Pantang santri berbohong

Makle odik ontong

Hal itu sengaja dihadirkan bukan tanpa alasan, pesan dan apersepsi pengarang agar pembaca memahami dan menempatkannya sesuai latar belakang kebudayaan. Selain itu, pilihan kata tersebut juga mewakili rasa dari pengarang untuk memberikan kekuatan pada lirik.

Himpunan puisi Jrembhe’en menghadirkan rasa yang beragam. Memberi kesempatan pembaca untuk membangitkan kenangan, menebar tawa, menutupi tangis, dan memupuk rindu. Kenangan selalu menyapa pada insan yang memiliki jejak historis, tawa akan menyentuh peka jiwa humoris, tangis memeluk hati dengan histeris, rindu menghadirkan diksi manis dan romantis. Hal tersebut seakan terabadikan dalam kutipan puisi berikut:

……………………

Air mata

Lara

Nestapa

Bahagia

Terkemas dalam sajak-sajak doa

Kepada pembaca

Hati yang luka

Bisa terkesima

…………………

Kutipan di atas adalah puisi terkahir dalam buku Jrembhe’en. Bait tersebut seakan menggambarkan keseluruhan puisi adalah wahana edukatif, rekreatif, dan inspiratif.

Penulis:

Moh. Riduwan, M. Ikfran M., M. Ali Muhtar, Ariel Khoira Abadi, Muhammad Asrof Z.U, M. Ikrom, Faisol Azis, Muhammad Fathi Roziqin, Ayatullah Muntadhor, M. Afil Ibad Abdillah, Moch. Asyrof ZU, Muhammad Fatih Roziqin, M. Afil Ibad Abdillah, M. Aril Khoira Abadi.

Editor:

Muhammad Ikfran Maulana

Penata Letak:

Muhammad Ikfran Maulana

Penerbit:

Al Bidayah

Cetakan Pertama, Oktober 2024

vi + 70 halaman; 14.8 x 21 cm.

JREMBHE’EN

Rekomendasi Untukmu