Harus dipahami bahwa semua konsep dan teori yang ditawarkan di dalam ilmu nahwu dipersiapkan sebagai alat analisis untuk memahami teks-teks Bahasa Arab, utamanya teks al-Qur’an dan al-Hadits. Salah satu dari sekian konsep dan teori yang harus diperhatikan, khususnya dalam memahami al-Qur’an adalah konsep dan teori tentang isim jama’.

Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan yang cukup ekstrim antara jama’ dan isim jama’ adalah; “jama’” selalu memiliki bentuk mufrad dari lafadznya, sedangkan isim jama’ tidak memiliki bentuk mufrad dari lafadznya”

Kata “مُسْلِمُوْنَ” adalah jama’, bukan isim jama’ karena ia memiliki bentuk mufrad yaitu “مُسْلِمٌ“. Kata “مَسَاجِدُ“ adalah jama’, bukan isim jama’ karena ia memiliki bentuk mufrad yaitu “مَسْجِدٌ“. Kata “أُمَةٌ, قَوْمٌ, طَائِفَةٌ, رَهْطٌ, مَلَأٌ” dan lain-lain adalah termasuk dalam kategori isim jama’, bukan jama’ karena kata-kata ini tidak memiliki bentuk mufrad.

Pembedaan semacam ini menjadi penting karena dalam tataran selanjutnya terdapat perbedaan perlakuan. Jama’ selalu dianggap jama’, baik dari sisi lafadz maupun maknanya, sedangkan isim jama’ dari sisi lafadz dianggap sebagai mufrad sedangkan dari sisi makna dianggap sebagai jama’. Dalam konteks inilah menjadi penting untuk ditegaskan bahwa banyak realitas di dalam al-Qur’an dimana isim jama’ diperlakukan dengan perlakuan dua perspektif ini; perspektif lafadz (dianggap mufrad) dan perspektif makna (dianggap jama’).

Perhatikan beberapa contoh berikut ini :

مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللهِ [آل عمران: 113]

“Di antara Ahlulkitab ada golongan yang lurus. Mereka membaca ayat-ayat Allah”

Isim jama’ yang terdapat di dalam ayat ini adalah kata “أُمَّةٌ”. Kataأُمَّةٌ diberi naat dengan kata قَائِمَةٌ yang berstatus mufrad muannats. Hal ini berarti kata أُمَّةٌ dianggap sebagai mufrad muannats. Disamping diberi naat dengan kataقَائِمَةٌ , kataأُمَّةٌ juga diberi naat dengan naat jumlah يَتْلُوْنَ اٰيَاتِ اللهِ dengan menggunakan wawu jama’ yang kembali kepada kataأُمَّةٌ . Hal ini berarti kataأُمَّةٌ dianggap sebagai jama’ mudzakkar. kata أُمَّةٌ dianggap sebagai mufrad muannats tinjauannya adalah perspektif lafadz, sedangkan kata أُمَّةٌ dianggap sebagai jama’ mudzakkar tinjauannya adalah perspektif makna.

وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوْا فَلْيُصَلُّوْا مَعَكَ [النساء: 102]

“Hendaklah datang golongan lain yang belum salat agar mereka salat bersamamu”

Isim jama’ yang terdapat di dalam ayat ini adalah kata “طَائِفَةٌ”. Kata طَائِفَةٌ diberi naat dengan kata أُخْرَى yang berstatus mufrad muannats. Hal ini berarti kata طَائِفَةٌ dianggap sebagai mufrad muannats. Disamping diberi naat dengan kata أُخْرَى, lafadz طَائِفَةٌ juga diberi naat dengan naat jumlah لَمْ يُصَلُّوْا dengan menggunakan wawu jama’ yang kembali kepada kata طَائِفَةٌ. Hal ini berarti kata طَائِفَةٌ dianggap sebagai jama’ mudzakkar. kata طَائِفَةٌ dianggap sebagai mufrad muannats tinjauannya adalah perspektif lafadz, sedangkan kata طَائِفَةٌ dianggap sebagai jama’ mudzakkar tinjauannya adalah perspektif makna.

_________ Sumber : www.albidayahjember.com _________
𝗣𝗲𝗿𝗶𝗵𝗮𝗹 𝗜𝗻𝗳𝗼 𝗹𝗲𝗻𝗴𝗸𝗮𝗽 𝐌𝐞𝐭𝐨𝐝𝐞 𝐀𝐥 𝐁𝐢𝐝𝐚𝐲𝐚𝐡, 𝗰𝗲𝗸 𝗹𝗶𝗻𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝘂𝘁 : https://yubi.id/metodealbidayah

PERBEDAAN JAMA' & ISIM JAMA’ ?