Salah satu ketagori isim yang tidak boleh ditanwin (isim ghairu munsharif) adalah jamak taksir yang diakhiri oleh alif mamdudah (isim yang diakhiri oleh hamzah yang jatuh setelah alif), akan tetapi kenyataannya, tidak setiap jamak taksir yang diakhiri oleh alifmamdudah pasti berkategori sebagai isim ghairu munsharif. Ada yang memang berkategori sebagai isim ghairu munsharif, namun adapula yang berkategori sebagai isimmunsharif.

Jamak taksir yang diakhiri oleh alif mamdudah dapat dikategorikan sebagai isim ghairumunsharif adalah jamak taksir yang hamzahnya merupakan hamzahzaidah. Tentang hamzah yang terdapat di akhir jama’ taksir dapat diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut:

Hamzahashliyah (hamzah yang merupakan lamfi’il). Ketika jama’taksir diakhiri oleh hamzah ashliyah, maka jama’taksir tersebut berhukum munsharif. Contoh :

أَنْبَاءٌ (berasal dari bentuk mufradنَبَأٌ yang lam fi’ilnya memang merupakan huruf hamzah, karena demikian lafadz أَنْبَاءٌ termasuk dalam kategori isim munsharif)

أَعْبَاءٌ (berasal dari bentuk mufradعِبْءٌ yang lam fi’ilnya memang merupakan huruf hamzah, karena demikian lafadz أَعْبَاءٌ termasuk dalam kategori isim munsharif)

Hamzahmunqalibah (hamzah yang merupakan perubahan dari wawu atau ya’) Ketika jama’ taksir diakhiri oleh hamzahmunqalibah, maka jama’ taksir tersebut berhukum munsharif. Contoh :

أَعْدَاءٌ (berasal dari bentuk mufradعَدُوٌّ sehingga hamzah yang ada merupakan perubahan/munqalibah dari huruf wawu, karena demikian lafadz أَعْدَاءٌ termasuk dalam kategori isim munsharif)

أَرَاءٌ (berasal dari bentuk mufradرَأْيٌ sehingga hamzah yang ada merupakan perubahan/munqalibah dari huruf ya’, karena demikian lafadz أَرَاءٌ termasuk dalam kategori isim munsharif)

Hamzahzaidah (hamzah yang merupakan huruf tambahan, bukan merupakan lamfi’il dan juga bukan merupakan perubahan dari wawu atau ya’) Ketika jama’taksir diakhiri oleh hamzahzaidah, maka jama’taksir tersebut berhukum ghairumunsharif. Contoh :

شُرَفَاءُ (berasal dari bentuk mufradشَرِيْفٌ , sehingga dipastikan bahwa hamzah yang ada bukanlah merupakan lamfi’il atau merupakan perubahan dari wawu atau ya’. Hamzah yang ada merupakan hamzah zaidah, karena demikian lafadz شُرَفَاءُ termasuk dalam kategori isim ghairu munsharif)

حُكَمَاءُ (berasal dari bentuk mufradحَكِيْمٌ , sehingga dipastikan bahwa hamzah yang ada bukanlah merupakan lam fi’il atau merupakan perubahan dari wawu atau ya’. Hamzah yang ada merupakan hamzah zaidah, karena demikian lafadz حُكَمَاءُ termasuk dalam kategori isim ghairu munsharif)

شُعَرَاءُ (berasal dari bentuk mufradشَاعِرٌ , sehingga dipastikan bahwa hamzah yang ada bukanlah merupakan lamfi’il atau merupakan perubahan dari wawu atau ya’. Hamzah yang ada merupakan hamzah zaidah, karena demikian lafadz شُعَرَاءُ termasuk dalam kategori isim ghairu munsharif)

POLEMIK ALIF MAMDUDAH DALAM KAJIAN ILMU NAHWU